Rabu, 28 Desember 2011

KETIKA JANTUNG KAMPUS BERDENYUT LAMBAN


Etalase


Oleh : Andriadi, SP *)

“Wahai sang penuntut dan pencinta ilmu, sibukkan diri kalian untuk membaca, membaca apa saja yang terbentang dihadapanmu, baik tersirat
maupun tersurat, hingga kamu akan tahu dan mengerti apa yang dibaca.
Lalu kemudian  perhatikan apa yang terjadi”.  

            Sangat menggelitik bahkan amat menggelikan kalimat judul yang akan mengawali tulisan ini, sebagai salah seorang yang saban hari berada di lingkungan kampus, sudah barang tentu insting saya terus bermain menjejal setiap jengkal tanah 50.000 m2 yang terhampar luas ini. Bahkan sampai keluar pekarangan kampus ini, insting saya masih saja bermain liar dengan intuisi – intuisi yang terbaca jelas, sebuah bacaan tentang ragam aktifitas mahasiswa di kampus Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aceh Barat Daya yang kita cintai ini. 
            Aktifitas warga kampus yang kondusif, turut memacu semangat keilmuan yang dinamis, dinamisasi pada setiap kegiatan keilmuan akan menghasilkan cendekia – cendekia baru yang mampu memobilisasi diri pada setiap tingkatan pranata sosial berikutnya di tengah – tengah komunitas masyarakat. Mahasiswa sebagai warga intelektual harus mampu membaca harapan ini menjadi peluang terbesar yang dapat diraih dengan doa dan semangat juang yang tinggi.
Paramater yang dapat menjadi ukuran empirik guna mewakili diktum diatas sebagai alat juang mahasiswa dalam mencapai cita – cita yang di idamkannya adalah, Seberapa besar kesadaran warga kampus (khususnya mahasiswa) dalam  menumbuh kembangkan budaya membaca sebagai wahana mengaktualisasikan cita – cita pada setiap waktu yang tersedia! Sehingga dengan adanya budaya membaca ini, maka komitmen keilmuan akan terus tumbuh bagi para lulusan Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah Abdya nantinya yang akan menjadi cendikiawan baru di tengah – tengah masyarakat.     


Menjawab Pertanyaan
            Kondisi – kondisi normal yang tersebut diatas bila kita substitusikan ke dalam kegiatan keseharian mahasiswa di kampus PTM Aceh Barat Daya, maka jawaban atas pertanyaan yang mengemuka di awal tulisan ini adalah “budaya sadar membaca sebagai wahana mengaktualisasikan diri di kalangan mahasiswa PTM Aceh Barat Daya umumnya masih kurang”.
            Formula jawaban yang saya berikan diatas bukan tanpa sebab, jawaban yang ada merupakan hipotesa yang bersifat kekinian dan kesinian dalam ranah aktifitas keilmuan di PTM Aceh Barat Daya secara menyeluruh. Terhadap jawaban yang ada, maka yang menjadi titik balik renung kita semua adalah perlu sedini mungkin untuk menumbuh kembangkan kesadaran budaya membaca secara bersama yang terbarukan sebagai usaha pengembangan diri secara berkelanjutan. Atas jawaban ini pula untuk seluruh mahasiswa PTM Aceh Barat Daya harus perlu merancang platform diri dan rumusan yang jelas mengenai maksud dan tujuan menjadi  mahasiswa sedini mungkin. Karena seperti yang saya sebutkan diawal tulisan ini bahwa membaca dalam ranah kegiatan keilmuan merupakan ciri khas mahasiswa. Untuk itu, sekali lagi kesadaran bersama mutlak dilakukan dalam rangka menggalakkan budaya membaca dilingkungan kampus dan diluar kampus.
Membaca dalam konteks keilmuan yang sesuai dengan studi mahasiswa saat ini harus mendapatkan porsi yang lebih. Karena pengembangan diri seseorang mahasiswa ditentukan oleh kemauan pribadi mahasiswa itu sendiri untuk maju dan berkembang dengan keluasan wawasan berpikir yang terus menerus ditempa. Sehingga dengan sendirinya akan terbentuk karakter pribadi yang akademis dan mampu mengasosiasikan dirinya ke dalam komunitas masyarakat secara egaliter dan humanis.
Terakhir, mari menggalakkan budaya membaca di antara kita semua, membaca yang tersurat dan tersirat. Membaca adalah kunci utama untuk maju dan berkembang. Dan setelah membaca tulisan ini saya berharap untuk kita semua terutama mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aceh Barat Daya untuk menabalkan slogan bersama. “BERAPA BUKU YANG SAYA BACA HARI INI!”.
Semoga dengan kalimat slogan ini, jantung kampus tak berdenyut lamban lagi. Ia akan berdenyut kencang berirama indah pada setiap detik yang berjalan. Ia  pemberi tanda tentang kehidupan sedang berproses normal. Jadikan orang yang tidak mau membaca disetiap waktu yang ada diantara kalian menjadi orang yang aneh, terasing dan abnormal.

*) Penulis merupakan mantan Kabid Organisasi DPD IMM Aceh
periode 2008 - 2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar